Kemajuan tehnologi membawa banyak kemudahan bagi manusia. Permainan-permainan baru dalam bentuk game komputer diciptakan. Permainan anak modern manjadi semakin kaya sensasi, mengasyikkan dan penuh fantasi. Bayarannya permainan anak tradisional kini mulai ditinggalkan. Permainan anak tradisional yang kaya nilai digantikan dengan permainan anak modern produk tehnologi. Game-game modern menjadi lebih praktis karena tak memerlukan tanah lapang dan banyak teman. Cukup sendirian di depan layar pun seseorang bisa terjun dalam permainan yang mengasyikan.
Kehadiran game-game modern tidak perlu ditentang, hanya saja dihadapkan pada situasi maraknya kehadiran playstation dan game center yang terus merambah ke desa-desa, gejalanya bisa dilihat secara obyektif.
Di balik kemudahan yang didapat dari game-game modern, ternyata ada aspek eksistensial seseorang yang makin tersamar. Game-game modern cenderung mengarahkan dan membentuk seseorang menjadi seseorang yang individualis. Dengan bermain game-game modern seseorang cenderung membuat dunianya sendiri dan menikmatinya. Padahal semakin ia berjarak dari dunia nyata, semakin ia teralienasi (terasing) dari dunia sekitarnya.
Manusia modern membangun dunianya sendiri dalam mesin yang menakjubkan dan lambat laun mesin itu menguasainya. Jadi manusia tidak lagi merasakan diri sebagai pembawa aktif dari kekuatan dan kekayaannya, tetapi sebagai benda yang dimiskinkan, yang tergantung kepada kekuatan di luar dirinya.
Dalam game-game modern anak diajak bertamasya ke dunia bentukannya sendiri dan berkuasa atasnya. Tetapi sebenarnya, ia tidak mencipta fantasi maupun ilusi. Ia hanya memakai saja sarana yang sudah ada dan terformat sedemikian rupa. Ia masuk ke sebuah dunia mikrokosmos tanpa pengembaraan, tanpa keriangan dan rasa takjub. Ia hanya takjub pada citraan simulasi.
Dalam game modern, anak bukanlah pencipta, ia hanya pemakai. Ia digiring pada dunia mikrokosmos yang telah diprogram. Lawan yang ada bukanlah manusia, tetapi ikon-ikon dalam dunia maya yang telah diprogram. Maka, yang dihasilkan adalah kemabukan pada ikon-ikon maya, sekadar kenikmatan (ekstasi) kecepatan pengoperasian keyboard.
Satu hal yang sering tidak disadari bahwa ketika mesin-mesin yang diciptakan itu mulai menguasai manusia, nilai-nilai manusiawi pelan-pelan ditiadakan. Hal ini juga berlaku juga pada fakta pergeseran permainan anak tradisional ke game modern. Yang terjadi di sini yaitu pemiskinan makna bersosialisasi yang mengarah pada hilangnya kepekaan sosial. Manusia semakin teralienasi dari lingkungan dan dunia realnya.
Kehadiran game-game modern membawa manusia semakin terasing dari dunia real. Seseorang tidak perlu berinteraksi dengan orang lain untuk bermain game-game tersebut. Sendirian pun dapat bermain dan menciptakan dunianya sendiri. Dunia yang lebih hebat, lebih megah, walau sama sekali lain dengan dunia real. Seseorang bisa saja menjadi lupa tentang keberadaan alam sekitar dan sesamanya. Kodrat manusia sebagai mahluk sosial terancam. Manusia menjadi lebih individual. Sendirian, tanpa orang lain, tanpa alam, manusia dapat menikmati dunia yang disediakan oleh bermacam game modern.
2 komentar:
Ya permainan tradisonal bersifat ekonomis, pertnership, karna permainan ini sangat natural sekali..itu kenapa saya kembangkan permainan tradisional ini dilingkungan sekolah anak2 yang saya asuh dengan melakukan inovasi dengan menyesuaikan dengan perkembangan zaman...karna sya pernah bertanya kepada anak2 didik saya..waktu mereka sedang bermain petak umpat.."kenapa kalian tidak bermain benteng-bentengan" jawab anak2 "kuno kah" terbukti dengan saya melakukan inovasi terhadap permainan ini tujuannya melatih emosional, motorik, sosial dll. anak2 sangat respond sekali...
Ya permainan tradisonal bersifat ekonomis, pertnership, karna permainan ini sangat natural sekali..itu kenapa saya kembangkan permainan tradisional ini dilingkungan sekolah anak2 yang saya asuh dengan melakukan inovasi dengan menyesuaikan dengan perkembangan zaman...karna sya pernah bertanya kepada anak2 didik saya..waktu mereka sedang bermain petak umpat.."kenapa kalian tidak bermain benteng-bentengan" jawab anak2 "kuno kah" terbukti dengan saya melakukan inovasi terhadap permainan ini tujuannya melatih emosional, motorik, sosial dll. anak2 sangat respond sekali...
Post a Comment