Permainan Tradisional Aceh (NAD)

Di Aceh sendiri, tercatat sejumlah permainan dalam masyarakatnya. Permainan yang sudah hidup dan berkembang sejak zaman dahulu (tak ditentukan) itu menjadi patut diketahui oleh anak-anak Aceh sekarang, minimal sebagai ingatan terhadap suatu yang pernah ada di Bumi Fansuri ini. Pentingnya permainan tradisional bagi anak-anak adalah terhadap perkembangan jiwa, fisik, dan mental anak. Karena itu, berikut kami coba hadirkan sejumlah permainan tradisional masyarakat Aceh yang oleh masyarakat di sini terkadang menjadikannya sebagai ajang kompetisi.


Peupok Leumo

Peupok Leumo adalah sejenis permainan yang khas terdapat di Aceh Besar. Permainan ini merupakan suatu permainan mengadu sapi. Permainan ini sebelumnya berkembang di kalangan peternak sapi. Zaman dahulu, lazimnya peupok leumo diselenggarakan oleh sekelompok peternak yang berada pada satu lokasi seperti yang berada pada satu kampung atau lebih luas lagi satu mukim, yang diselenggarakan seminggu sekali. Hari penyelenggaraan permainan ini biasanya setiap Minggu atau Jumat, tetapi tidak tertutup kemunginan di hari lainnya. Lazimnya dilaksanakn pada sore hari, sekitar pukul 16.00-18.00 WIB atau selepas asar.

Selaian peupok leumo yang mirip dengan karapan sapi di Betawi, masih ada lagi acara peupok leumo tunang, yaitu permainan peupok leumo untuk mencari sapi yang akan keluar sebagai pemenang. Acara peupok leumo tunang ini biasanya diselenggarakan dengan menggunaka panitia dan dewan juri. Persoalan waktu, tergantung kepada cuaca dan musim-musim tertentu, seperti sehabis panen atau waktu lain seperti pada hari-hari besar dan sebagainya.

Geulayang Tunang

Geulayang Tunang terdiri atas dua kata, yaitu geulayang yang berarti layang-layang dan tunang berarti pertandingan. Dari namanya jelas mempertegas bahwa geulayang tunang merupakan pertandingan layang-layang atau adu layang yang diselenggarakan pada waktu tertentu. Permainan ini sangat digemari masyarakat di berbagai daerah di Aceh. Mengenai nama permainan jenis ini, ada pula yang menyebutnya adu geulayang. Kedua istilah yang disebutkan terakhir memiliki maksud dan arti yang sama.

Pada zaman dahulu, permainan ini diselenggarakan sebagai pengisi waktu setelah masyarakat suatu tempat panen padi. Sebagai pengisi waktu, permainan ini sangat bersifat rekreatif. Oleh karena itu, permainan ini sering kali dilombakan dalam acara peringatan hari kemerdekaan RI atau even-even kebudayaan lainnya di Aceh semisal Pekan Kebudayaan Aceh.

Bola Keranjang

Bola keranjang atau bahasa Gayo disebut dengan tipak rege merupakan sejenis permainan bola yang dibuat dari rotan belah yang dipergunakan pada permainan sepak raga (sepak takraw). Permainan ini sudah jarang sekali dilakukan. Pada bola keranjang diikat rumbai-rumbai kain yang ber­warna merah, putih, dan hitam, sebanyak 15 helai.

Zaman masa dahulu, sepak raga merupakan sejenis permai­nan rakyat. Permainan ini sangat digemari oleh anak-anak, remaja/pemuda maupun orang-orang dewasa. Mereka me­manfaatkan waktu-waktu senggangnya dengan permainan ini.

Lenggang Rotan

Lenggang rotan merupakan jenis permainan yang terbuat dari rotan kecil yang dibuat melingkat seperti gelang besar. Rotan yang digunakan biasanya seukuran jempol tangan atau bisa lebih kecil. Rotan yang sudah dilingkarkan seperti gelang besar akan dimainkan di pinggang sambil menggoyang pinggang. Rotan tersebut akan berputar. Orang yang rotannya jatuh terlebih dahulu dianggap kalah. Permaianan ini umumnya juga terdapat di dataran tinggi Gayo, karena di sana memang terdapat banyak rotan.


Geudeue-geudeue

Geudeue-geudeue atau ada yang menyebutnya due-due adalah permainan ketangkasan yang terdapat di daerah Pidie. Di samping ketangkasan, kegesitan, keberanian, dan ketabahan, pemain geudeue-geudeue harus bertubuh tegap dan kuat serta memiliki otot yang meyakinkan. Permainan ini kadang-kadang berbahaya, karena merupakan permainan adu kekuatan.

Permainan ini dilakukan oleh seorang yang berbadan tegap. Mulanya dia tampil di arena menantang dua orang lain yang juga bertubuh tegap. Pihak pertama mengajak pihak kedua yang terdiri atas dua orang supaya menyerbu kepada yang menantang. Ketika terjadi penyerbuan, pihak pertama memukul dan menghempaskan penyerangnya (pok), sedangkan pihak yang pihak kedua menghempaskan pihak yang pertama.

Dalam tiap permainan, bertindak empat orang juru pemisah yang disebut ureueng seumubla (juri), yang berdiri selang-seling mengawasi setiap pemain. Permainan ini mirip dengan olahraga sumo Jepang, bedanya hanya pada jumlah pemain.

Sahabat semua diatas baru sebagian kecil dari permaianan tradisional yang ada di Aceh.. bagi sahabat yang ingin menambahkan atau mengoreksi di persilahkan.... salam nusantara



0 komentar: