Riwayatmu Kini


"Hompimpa..alaihum gambreng...""
Kamu yang jaga ya..."
"Ayo lari...."
"Hahahahaha...ketangkep."

Itulah senda gurau dari sekumpulan anak kecil di sebuah kompleks perumahan di Sidoarjo. Mereka sedang asyik bermain bentengan, salah satu permainan tradisional yang meniru cara sekelompok pasukan yang mempertahankan bentengnya dari serangan musuh.







Namun saat ini sudah sangat jarang dijumpai anak-anak yang memainkan permainan tradisional seperti mereka. Seiring dengan kemajuan teknologi, permainan tradisional pun tergeser kedudukannya. Permainan tradisional seperti bentengan, gobak sodor, atau petak umpet telah tergantikan oleh game-game individu seperti play station, x-box atau yang sekarang sedang marak game online

Benarkah permainan tradisonal sudah mulai tergeser oleh modernisme? Menurut Joko Adi, Dosen Antropologi Universitas Airlangga, sebenarnya kurang tepat jika kita mengakatakan bahwa nilai-nilai tradisional tergeser akibat adanya modernisme. Joko Adi mencontohkan negara Jepang yang masih tetap memegang teguh nilai-nilai tradisionalnya, tapi Jepang masih merupakan negara modern. Lalu apa yang menyebabkan nilai-nilai tradisional mulai tergeser?

"Tergesernya nilai-nilai tradisional disebabkan oleh masyarakat pendukungnya yang sudah tidak mendukung nilai-nilai tradisional itu lagi,",

nilai-nilai tradisional dalam hal ini permainan tradisional sudah mulai dilupakan oleh masayarakat pendukungnya, karena adanya permainan baru yang lebih efektif dan lebih efisien. Selain itu lahan-lahan yang digunakan untuk tempat bermain pun semakin berkurang, belum lagi sifat individualitas yang semakin berkembang di masayarakat kota yang semakin membuat permainan tradisional semakin dilupakan.

Namun tak semua permainan tradisional dilupakan begitu saja. Misalnya seperti permainan enggrang yang masih tetap dapat kita nikmati di sirkus-sirkus atau di festival-festival. Bahkan ada juga dari permainan tradisional yang mengalami suatu perkembangan atau proses akulturasi, dimana permainan tradisional mendapat sentuhan dari budaya modern, seperti permainan yoyo yang dulunya dari kayu sekarang telah berubah jadi elektrik atau permainan dakon yang bijinya dulu dari biji sawo sekarang berubah menjadi plastik.

Memang untuk bisa terus bertahan, permainan tradisional harus disesuaikan seiring dengan berkembangnya zaman Namun dalam proses penyesuaian tersebut, nilai-nilai modern yang masuk harus melalui tahap filterisasi terlebih dahulu, karena nilai-nilai tersebut belum tentu sesuai dengan budaya kita.

1 komentar:

selimut said...

seharusnya kita bisa belajar dari negara Jepang bagaimana mrk tetap bisa mempertahankan warisan tradisionalnya dengan tetap menjadi negara modern...