Halo sahabat, masih semangat khan!!! Sebenarnya aku tu mggak pernah ketemu ama permainan yang satu ini tapi cuma pernah denger sejarahnya(biar kelihatan keren gitu!!). Dari pada bertele-tele mendingan langsung aja nih. selamat menikmati! (tapi ini bukan makanan lho!!! )
Permainan sobyang yang sering juga disebut dengan subyong atau soblah ini banyak di jumpai disekitar yogyakarta pada masanya. Permainan ini dilakukan untuk mengisi waktu luang. Mungkin di daerah lain juga ada permainan semacam ini tapi dengan nama yang berbeda, karena secara umum berbagai permainan anak tradisional berkembang merata di seluruh nusantara meskipun permainan sedikit dimodifikasi sesuai dengan kekhasan masing – masing daerah, selain itu juga dengan nama yang berbeda.
Permulaan
permainan tradisional anak-anak yang cara memainkannya dengan meregangkan tangan dengan diiringi lagu sobyang, dan disertai suatu macam hitungan : jan,nak,udeng (banding), urang,keeper” yang merupakan kekhasan permainan ini. Permainan dimainkan oleh lima anak, sehingga tidak membutuhkan ruang yang luas.
Cara bermain
Dalam prosesnya, permainan ini terdiri dari tiga tahap, yang masing-masing tahap diiringi lagu tersendiri.
Tahap menghitung ( I), lagunya : “sobyang awing-awang, jangan pare, abang kaya dubang, putih kaya upih, manuk glathik lurik dhadhane, srentek –srentek lembehane,ditututi ing anake”. Sebelumnya masing-masing memperkenalkan nama diri masing-masing, misalnya A=jan, B=nak,C=udeng, D=urang, dan E == keeper. Mereka duduk secara berhadapan-hadapan dalam posisi melingkar. Kemudian bersamaan mereka mengucapkan kata “sobyang” sambil mengangkat kedua tangannya dan segera meletakan telapak tangannya. Di sini tidak ada ketentuan mengenai jumlah jari yang harus diperlihatkan. Namun salah seorang pemain hanya memperlihatkan satu telapak tangannya. Di sini tidak ada ketentuan mengenai jumlah jari yang harus diperlihatkan. Namum salah seoang pemain hanya memperlihatkan satu telapak tangannya , karena dia yang bertugas menghitung seluruh jumlah jari terakhir dengan hitungan dari jan sampai keeper. Bila saja jari yang belum terhitung, hitungan dimulai dari jan lagi. Misalnya hitungan jari terakhir jatuh pada nak yang merupakan nama B, maka B dianggap pemenang pertama, dan tidak perlu ikut dalam penghitungan selanjutnya. Demikian seterusnya, hingga tinggal satu pemain yang tersisa, dan dijadikan sebagai tukang tebak ( di sebut diare )
Tahap II ( mengare), pemain yang bergas mengare diurutkan dari yang aling dahulu dianggap menang. Cara mengare adalah sebagai berikut : pemain yang di-are duduk berhadapan dengan pemain yang mengare (B). B kemudian menyanyikan lagu” Arebang” sambil mengangkat kedua tangannya untuk diletakkan di samping kepala. Lagu dilanjutkan dengan ji, bersamaan dengan itu B meletakkan tangannya dilutut si diare sambil mengacungkan salah satu jarinya. Bersamaan dengan itu, si diare juga mengacungkan salah satu jarinya, dan apabila jarinya sama dengan jari yang diacungkan oleh B, maka B harus berhenti mengare. Namun bila diare tidak berhasil menebaknya, maka si B melanjutkan mengarenya dengan lagu “ji abang loro”. Bila belum berhasil menebak lagi, iringan lagu dilanjutkan sampai nga bang sepuluh “.
Bila masih belum berhasil menebak juga, maka tahap III adalah wayangan. Cara mengadakan wayangan sebagai berikut : B menyanyikan lagu “gung gung dang gentak gendang”. Pada waktu kata “dang gentak”’ B mengangkat salah satu tangannya dan ditirukan oleh diare. Ketika kata “gendang”, B memegang salah satu anggota tubuh diare, misalnya telinga, hidung, atau perut. Hal ini ditirukan juga oleh diare. Dengan demikian, selesailah tugas B mengare si diare, dan dilanjutkan oleh pemain lainnya sesuai urutan menang untuk mengare. sekian sahabat!!!!
0 komentar:
Post a Comment