Batewah berasal dari kata “tiwah”, yaitu suatu upacara yang dilakukan oleh penganut Kaharingan di pedalaman Kalimantan dalam rangka mengantarkan arwah kerabat yang meninggal ke surga. Perkiraan kata “tewah” berasal dari “tiwah” didasarkan pada adanya kesamaan bentuk permainan dengan salah satu bagian upacara. Dalam upacara tiwah, keluarga yang melaksanakannya membeli seekor kerbau besar atau sapi untuk dijadikan kurban. Selama upacara berlangsung, kurban diikat pada tongkat kayu dan seluruh keluarga mengelilinginya. Masing-masing anggota keluarga memegang tombak, kemudian melemparkannya ke kurban terus menerus sampai kurban tidak berdaya lagi. Setelah itu, baru disembelih untuk dimakan bersama.
Sedangkan dalam permainan batewah, yang menjadi sasaran adalah kayu yang disusun menyerupai susunan untuk api unggun (bukan binatang kurban). Dalam permainan ini, susunan kayu dilempari sampai roboh. Meskipun demikian, permainan ini tidak ada unsur religi (magisnya).
2. Pemain
Minimal, batewah dilakukan oleh 3 orang pemain, dengan rincian: 1 pemain jaga/pasang dan 2 pemain penewah (bersembunyi). Sedangkan, maksimal dilakukan oleh 8 pemain. Permainan ini tidak berdasarkan perbedaan jenis kelamin. Oleh karena, itu bisa dilakukan oleh anak laki-laki dan atau perempuan.
3. Tempat dan Peralatan Permainan
Permainan batewah dapat dilakukan di halaman rumah atau di tanah yang cukup lapang agar kayu yang dijadikan pelempar tidak membahayakan. Peralatannya sederhana dan mudah didapat. Sebelum bermain disiapkan beberapa buah kayu yang panjangnya kurang lebih 30 cm dan lebar 3 cm. Kemudian, disusun sedemikian rupa sebagai sasaran untuk di-tewah. Disiapkan juga potongan kayu lain sebagai undas/alat pelempar kayu yang disusun dengan jarak minimal 4 meter.
4. Aturan dan Proses PermainanSetelah tempat dan peralatan permainan tersedia, maka pelempar berusaha untuk mengenai tumpukan kayu. Jika tumpukan kayu itu kena dan roboh, maka pemain jaga menyusun kembali, sementara pemain yang lain bersembunyi. Setelah tersusun, pemain jaga mencari pemain lain yang bersembunyi. Dan, pemain yang pertama kali ditemukan akan menjadi pemain jaga. Dalam permainan ini tidak ada kalah atau menang. Biasanya permainan akan berakhir jika para pemainnya sudah merasa kelelahan.
5. Nilai BudayaNilai yang terkandung dalam permainan batewah adalah ketangkasan dan sportivitas. Nilai ketangkasan tercermin dalam penyusunan kayu yang roboh dalam waktu yang relatif singkat. Kemudian, nilai sportivitas tercermin ketika tempat persembunyiannya diketahui oleh pemain jaga, maka yang bersangkutan bersedia menjadi pemain jaga. Dalam hal ini adalah menyusun kayu dan mencari pemain lain yang bersembunyi.
10 komentar:
makasih sudah mngulas habis permainan tradisional Indonesia. jadi kangen masa kecil ... :)
B
C
D
*numpang lewat*
*numpang lewat*
HATCHIM
WOOYY ngapain lu komen begituan di blog orang..zzz -_-
Mksh ya..
Mungkin mau baca2 :
Tips Menjaga Rumah Tangga Agar Selalu Harmonis
Faktor Penyebab Perselingkuhan Dalam Rumah Tangga
Tanggung Jawab Dan Kewajiban Orang Tua Terhadap Anak
Kewajiban Anak Terhadap Ke Dua Orang Tua
Inilah Keutamaan Berbakti Kepada Orang Tua
Ciri-Ciri Pria Selingkuh Yang Patut Anda Waspadai
Cara Terbaik Mengatur Keuangan Rumah Tangga
Tips Cara Mengambil Hati Calon Mertua Dengan Mudah
Cara Mendidik Anak Menurut Ajaran Agama Islam
Cara Mudah Membahagiakan Ke Dua Orang Tua
Solusi mengatasi anak yang sulit makan Sayur
Tips menghindari debat keluarga sebelum menikah
Cara menjadi Ibu yang baik untuk Anak
Cara menjadi Ayah yang Baik untuk Anak
Cara menghadapi anak yang bandel dan nakal
Tips Menjaga hubungan dengan Mertua
Cara menghindari Perselingkuhan dalam Rumah Tangga
Great reading yourr post
Post a Comment