Permainan anak tradisional yang dimiliki oleh anak – anak Nusantara memang banyak sekali ragamnya. permainan yang berkaitan dengan ketangkasan , kesabaran , emosional, ketrampilan, kecermatan dan kecerdasan otak. Permainan anak memiliki kekhasan tersendiri di setiap daerah. Inilah sebagian permainan tradisional yang populer pada masa itu yang ada di nusantara. Di bawah ini hanya sebagian kecil dari permainan anak yang di miliki negeri ini dan permainan anak ini hampir di setiap daerah mempunyai nama yang berbeda.
Permainan petak-umpet / Jethungan / yangoyango / jilumpet / tak umpet
Permainan ingkling / engklek / Dampu / sondah-mandah (sunda-manda), jling-jlong
Permainan ular naga / sledur-sledur/ancak-ancak alis/ oray-orayan
Permainan gobagsodor / galah asin
Permainan Congkak atau dakon
Permainan egrang / kaki panjang
Permainan Bentengan/rerebonan
Permainan nekeran / gundu / kelereng
Permainan patil lele/pakle / benthik
Permainan gangsing Permainan bekelan
Permainan lompat tali,dll
Atau ada juga yang hanya sekedar mendendangkan lagu-lagu dolanan semacam permainan berikut
Permainan jamuran,
Permainan cublak-cublak suweng,
Permainan kidang talun
Permainan wak-wak gung,dll
Beberapa Permainan anak tradisional tersebut sudah sangat asing ditelinga anak-anak zaman sekarang. Permainan itu mengingatkan pada kenangan memori para orang tua tentang masa lampau mereka sewaktu masih kecil. Terutama yang tinggal di pedesaan.
Harus diakui, seiring dengan majunya teknologi, anak-anak yang tinggal di kota-kota besar semakin asing dengan permainan tradisional yang sebetulnya banyak bermuatan rangsangan positif. Bila keadaan ini terus berlanjut, besar kemungkinan permainan-permainan tradisional itu kelak tak lagi dikenal, apalagi dimainkan oleh anak-anak. Hal ini tentu tidak terjadi begitu saja, karena biasanya orang tualah yang lupa memperkenalkan permainan di masa kecilnya kepada anak-anak. "Sebaliknya, suatu permainan akan terus bertahan jika kita menurunkannya secara estafet ke anak kita, lalu dari anak kita diturunkan lagi ke cucu kita, dan selanjutnya."
Imbas permainan modern yang mengandalkan aneka bentuk dan jenis menarik bukan satu satunya faktor yang mengalahkan pamor permainan tradisional. Jangan lupa, makin sempitnya areal atau lahan tempat anak bermain di alam bebas, serta makin sibuknya anak dalam aktivitas sehari-hari juga membuat permainan tradisional ini makin terlupakan.
Ditambah lagi, stimulus yang anak dapatkan setiap waktu selalu bernuansa modern, seperti pergi ke mal, makan di resto yang menyediakan menu modern, atau belajar dengan memakai sarana komputer. Tak heran bila anak-anak kita, apalagi cucu-cucu kita nanti semakin miskin dalam pengalamannya bermain permainan tradisional.
ANEKA MANFAAT
Hampir semua permainan tradisional harus dilakukan dengan teman, membutuhkan ruang terbuka (outdoor), dan kebanyakan harus dimainkan di arena yang cukup luas. Anak-anak kadang juga harus berusaha dulu sebelum bisa melakukan salah satu permainannya, seperti membuat gambar atau membuat alatnya. Variasi untuk satu jenis mainan pun tidak banyak penampilannya juga tak semenarik permainan modern.
Walaupun begitu, permainan seperti engklek, congklak, dan petak umpet sebetulnya bisa juga dimainkan di dalam ruangan. Jadi, permainan tradisional pun sebetulnya bersifat fleksibel atau bisa dimainkan di mana saja. Galah asin, misalnya, meskipun lebih seru dimainkan di luar ruang, tapi kalau situasi tidak memungkinkan, bisa saja dimainkan di dalam ruang. Hanya saja tempatnya harus luas, di lapangan bulu tangkis atau aula, misalnya.
Karena permainan tradisional umumnya dilakukan berkelompok, maka permainan ini otomatis mengajarkan kebersamaan, seperti dalam gobak sodor, engklek ataupun lompata tali. Ada juga permainan tradisional yang bisa dimainkan secara indi vidu selain bersama teman-teman, seperti yoyo, layang-layang, dan ketapel.
Selain itu, permainan tradisional juga mengajarkan sportivitas dan aturan main yang disepakati bersama. Dengan gerakan-gerakan seperti berlari, berkelit, melompat, atau menaikturunkan tangan, fisik anak pun dilatih secara aktif. Jadi, dengan bermain permainan tradisional anak bisa mengasah kemampuan motorik, baik kasar maupun halus, serta gerak refleksnya.
Contoh sederhananya, dalam permainan galah asin, selain gerakan motorik, anak juga dilatih bersikap cekatan, berkonsentrasi, dan melihat peluang degan cepat untuk mengambil keputusan terbaik agar bisa menangkap lawan. Permainan seperti congklak, bahkan merangsang anak menggunakan strategi. Anak harus pandai menentukan poin atau biji di lubang mana yang harus diambil terlebih dahulu agar bisa mengumpulkan biji lebih banyak dari lawan.
Melihat manfaat-manfaat di atas, sebenarnya permainan tradisional ini penting dilakukan oleh anak-anak zaman sekarang. Selain untuk memperoleh manfaat yang tidak bisa didapat dari permainan modern, juga untuk mendapatkan wacana lain yang bisa membuat hidup anak lebih kaya dan berdinamika. Terlebih, keterampilan fisik mempunyai kaitan erat dengan bekerjanya fungsi-fungsi saraf.
Uniknya lagi, permainan tradisional Indonesia mempunyai waktu main tertentu, ada yang hanya bisa dilakukan di sore hari, siang hari, atau malam hari. Contoh, permainan Gatok dari Aceh yang menggunakan biji pinang dan tangan sebagai pelenting buah pinang, akan seru jika dilakukan di sore hari. Sementara permainan Nsya Asya/Tok Asya dari Papua, atau balapan menggelindingkan rotan yang dibentuk seperti ban, biasanya dilakukan pagi hari. Satu lagi, permainan oray-orayan dari Jawa Barat paling seru jika dimainkan kala terang bulan.
Gimana ya????????????????
Permainan anak tardisional diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Hal ini menunjukkan bahwa permainan tersebut mengandung makna edukatif yang mengajarkan kebiasaan-kebiasaan yang terkonversi dan terkodifikasi dari nilai-nilai moral etika yang dianut oleh masyarakatnya. Dapat juga dikatakan befungsi untuk mempertaankan nilai-nilai dengan cara memasukkan makna dalam berbagai sifat, bentuk, dan jenis permainan.Terobosan-terobosan yang dapat dilakukan secara nyata dapat dilakukan melalui pertama memasukkan dalam kurikulum sekolah dasar sebagai pembentuk jiwa anak. Anak cenderung lebih mudah memahami sesuatu yang diajarkan melalui media permainan, daripada hanya mendengarkan guru ceramah dan siswa disuruh mencatat.Kedua, para pakar dan ahli budaya menciptakan bentuk kreasi baru dari permainan tradisional sehingga tidak dikatakan sebagai ketinggalan zaman, pakar seni yang mampu menciptakan kreasi baru baik dalam bentuk dolanan maupun tembang dolanan anak dalam kemasan baru dan bernuansa kekinian, tetapi tetap memperhatikan keaslian dari permainan anak tradisional tersebut.Ketiga, peran serta masyarakat dalam upaya sosialisasi kampanye kembali pada budaya sendiri, karena kajian-kajian mapun penelitian-penelitian tentang permainan anak tradisional tidk akan bermanfaat tanpa dipraktekkan dan didukung oleh masyarakat. Akhir-akhir ini mulai banyak festival-festival dolanan anak tradisional, namun hal ini belum cukup untuk mengangkat nilai-nilai yang terkandung tanpa partisipasi semua kalangan.
Jika kepedulian terhadap kekayaan budaya tidak pernah terlintas dalam pikiran kita, bahkan membiarkan ia terkubur oleh arus modernisasi dan gedung-gedung pencakar langit. Pada suatu waktu nanti ia akan dikenang sebagai sesuatu yang pernah dimiliki oleh nenek moyang kita dan hanya menjadi kajian para sejarawan, budayawan, maupun antropolog.
2 komentar:
great,,
sangat bagus,,,
terimakasih,,
sangat bermanfaat buat referensi skripsi saya,,
thanks a lot,
Post a Comment